Cilegon,- Matamedianews.co.id,- Gebyar Kesatuan Al-Khairiah Citangkil kembali digelar meriah sebagai agenda tahunan yang menjadi ikon kreativitas Divisi Non Akademik. Pada tahun ajaran 2025-2026 ini, acara bergengsi tersebut menghadirkan generasi ke-12 yang dikenal dengan sebutan ” Mighty generetion.” (kelas 12)
Acara ini menjadi panggung bagi santri menyalurkan bakat dan potensi, dengan konsep pertunjukan yang mengangkat semangat juang dan sejarah nasional. Salah satu sorotan utamanya adalah penampilan drama kolosal bertema perjuangan KH. Sam’un, pahlawan nasional yang juga merupakan bagian dari silsilah ulama besar Banten.
“Walaupun dari Divisi Non Akademik, penampilan mereka luar biasa. Kreativitas dan gagasan mereka patut diacungi jempol. Budaya ini sudah menjadi tradisi tahunan dan semakin matang dari tahun ke tahun,” ujarnya Ahmad arroofi Kepala divisi non akademik.
Santri tidak hanya tampil secara visual dengan dekorasi yang megah dan nuansa perjuangan yang kuat, namun juga mendalami riset sejarah secara serius. Mereka menelusuri silsilah keluarga KH. Sam’un, membaca berbagai literatur sejarah, bahkan mewawancarai langsung para keturunan tokoh nasional tersebut demi menghadirkan pertunjukan yang faktual dan bermakna.
“Tidak mudah menampilkan drama perjuangan KH. Sam’un. Mereka harus memahami sejarah, memverifikasi data, dan mewawancarai cucu-cucu beliau. Ini bukan sekadar tampil, tapi juga bentuk edukasi sejarah yang mendalam,” ungkap Ahmad arroofi.
Selain drama, para santri juga menampilkan orasi, karya seni, dan parade budaya dengan pawai spektakuler yang memadukan kreativitas, sejarah, dan nilai-nilai perjuangan.
Acara ini turut dihadiri oleh jajaran tokoh penting, termasuk alumni, kepala sekolah, rektor, yayasan, serta keluarga besar KH. Sam’un. Turut hadir pula H. Obi, sebagai bagian dari trah ulama Banten, yang memberikan apresiasi atas dedikasi para santri dalam merawat nilai-nilai sejarah dan keislaman.
Penelusuran sejarah juga menyentuh silsilah KH. Washid, Siti Hajar, KH. Yasin Beji, hingga Brigjen KH. Syam’un. Bahkan, kisah keluarga besar Yasin Beji dan keturunannya menjadi bagian dari narasi yang dipentaskan dengan detail dan emosional.
“ Mighty generetion yang merupakan santri Al khairiyah angkatan ke 100 patut diapresiasi. Mereka tidak hanya tampil, tapi juga paham betul makna sejarah dan perjuangan para ulama,” Tutur nya Ahmad arroofi.
Gebyar Al-Khairiah Citangkil bukan sekadar acara seremonial, melainkan sebuah ruang pembelajaran lintas generasi—menyemai semangat nasionalisme dan intelektualitas santri di tengah arus zaman.