Cilegon,- Matamedianews.co.id,- Kota Cilegon dikenal sebagai kota terkaya di Provinsi Banten dan pernah menempati peringkat ke-4 kota terkaya di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan ekonominya yang pesat, didorong oleh sektor industri—terutama industri baja—menjadikan Cilegon dijuluki sebagai Kota Industri dan pusat perekonomian wilayah barat Banten.
Namun, di balik geliat industrialisasi dan geliat ekonomi tersebut, masih banyak warga Cilegon yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ironisnya, kondisi memprihatinkan ini ditemukan di kawasan yang berada tepat di jantung kota, seperti Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Cibeber.
“Di wilayah Kelurahan Karang Asem ini ada puluhan warga yang masih menempati rumah tidak layak huni, bahkan ada yang sudah ambruk, namun belum juga mendapat perhatian dari pemerintah,” ujar Sabit, salah satu warga setempat, Selasa (1/7).
Menurut Sabit, pendataan telah berulang kali dilakukan, mulai dari pihak kelurahan, kecamatan, hingga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Cilegon. Namun, realisasi bantuan masih belum dirasakan oleh warga terdampak.
“Dari kelurahan dan BAZNAS sudah mendata, tapi sampai sekarang belum ada bantuan nyata,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Lurah Karang Asem Safiudin membenarkan bahwa masih terdapat rumah-rumah warga yang masuk kategori tidak layak huni di beberapa lingkungan seperti Sambiranggon, Jerang Tengah, Jerang Barat, dan Cikerut.
“Dari data kami, memang ada beberapa rumah yang sudah tidak layak, bahkan ada yang ambruk. Kami sudah mengajukan proposal bantuan ke BAZNAS Kota Cilegon dan BAZNAS Provinsi. Alhamdulillah, kemarin satu rumah sudah terealisasi melalui BAZNAS Cilegon,” ungkapnya.
Meski demikian, ia juga mendorong agar warga tidak sepenuhnya mengandalkan bantuan pemerintah, melainkan juga menghidupkan kembali semangat gotong royong.
“Saya harap RT bisa woro-woro ke warga untuk gotong royong membantu perbaikan rumah yang roboh. Jangan serahkan semua pada lurah, camat, karena memang semua butuh proses,” tegasnya.
Ia mencontohkan, di wilayah Jerang Tengah, gotong royong warga sempat berjalan selama dua hari untuk memperbaiki fasilitas masjid, dan pola itu menurutnya bisa ditiru untuk membantu sesama.
“Kita harus memotivasi masyarakat agar terlibat aktif. Kalau tidak ada himbauan atau inisiatif, ya masyarakat pun pasif. Yang penting ada kesadaran swadaya, tidak harus dari materi, tapi dengan tenaga juga bisa,” tandasnya.
Kontras antara status Kota Cilegon sebagai kota terkaya di Banten dan realitas kemiskinan yang masih melanda sebagian warganya, menjadi pengingat bahwa kemajuan ekonomi harus diikuti dengan pemerataan kesejahteraan. Pemerintah pun didesak lebih proaktif agar tidak ada warga yang tertinggal di tengah kemajuan kota industri ini.